PERILAKU
KONSUMEN
TERHADAP
KOPI TUBRUK DAN KOPI INSTAN
DI
KECAMATAN PEJAGOAN
KABUPATEN
KEBUMEN
Laila
Yuni Rukhbaniyah, Dyah Panuntun Utami dan Istiko Agus Wicaksono
Program
Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas
Muhammadiyah Purworejo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1)
gambaran tentang konsumsi
kopi
tubruk dan kopi instan di Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen, 2)
sikap
dan keputusan konsumen dalam mengkonsumsi kopi tubruk dan kopi instan
berdasarkan
atribut (aroma, rasa, harga, kemasan, warna dan merek), dan 3)
adanya
hubungan karakteristik konsumen (umur, tingkat tingkat pendapatan,
tingkat
pendidikan, pekerjaan dan tempat tinggal) dengan konsumsi kopi tubruk
dan
kopi instan. Jumlah sampel dalam penelitian adalah 30 responden. Penelitian
menggunakan
metode analisis deskriptif dan analisis fishbein.Pemilihan lokasi
penelitian
dilakukan secara purposive dan pengambilan sampel secara judgement
sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik
umum konsumen kopi
tubruk
dan kopi instan di Kecamatan Pejagoan digambarkan melalui beberapa
sebaran.
Menurut sebaran umur, sebagian besar responden berada pada rentang
umur
24 – 40 tahun. Menurut tingkat pendapatan perbulan antara Rp 260.000 –
2.500.000.
Menurut sebaran tingkat pendidikan, 56,67 persen merupakan lulusan
SMP.
Menurut sebaran pekerjaan, sebanyak 53,33 persen bekerja sebagai buruh.
Menurut
sebaran tempat tinggal, 50 persen tinggal di desa dan 50 persen tinggal di
perkotaan.
Responden dalam melakukan keputusan pembelian
melalui beberapa tahap
keputusan
pembelian, yaitu pengenalan kebutuhan, proses pembelian dan pasca
pembelian.
Hasil analisis sikap konsumen (Ao) terhadap kopi tubruk dan kopi
instan
dapat diketahui bahwa atribut yang sangat penting adalah rasa, aroma,
warna,
dan kemasan. Hasil analisis sikap (Ao) yang diperoleh kopi tubbruk Kapal
Api
lebih tinggi dibanding Djempol yaitu 19,12. Hal ini berarti kopi tubruk Kapal
Api
sangat positif disukai responden sedangkan kopi tubruk Djempol disukai
responden
dengan positif. Hasil analisis sikap (Ao) kopi instan ABC Mocca lebih
tinggi
dibanding Kapal Api Mocha yaitu 23,24. Hal ini menunjukkan kopi instan
ABC
mocca sangat positif disukai responden sedangkan Kapal Api mocha disukai
responden
dengan positif.
Kata Kunci: Perilaku
Konsumen, Sikap, Kopi Tubruk dan Kopi Instan
PENDAHULUAN
Kopi merupakan minuman kegemaran di hampir setiap
negara di dunia
termasuk
Indonesia. Seiring dengan majunya zaman, kehidupan manusia ikut
berubah
segala sesuatunya menginginkan serba cepat atau instan. Termasuk
dengan
minuman kopi yang sudah mulai serba instan. Hal ini disebabkan karena
semakin
kompleksnya aktivitas manusia yang cenderung menuntut kepraktisan
menyebabkan
adanya perubahan perilaku konsumen yang dulunya mengkonsumsi
kopi
tubruk, sekarang beralih mengkonsumsi kopi instan. Perubahan perilaku
konsumen
dalam membeli suatu produk atau jasa bukan hanya disebabkan oleh
aktivitas
manusia yang semakin kompleks, tetapi dipengaruhi juga oleh budaya,
sosial,
kepribadian dan kejiwaan (Kotler, 1997).
Masyarakat Kabupaten Kebumen bukan hanya penikmat
kopi tubruk tetapi
juga
kopi instan. Selain aroma kopi yang selalu menggoda siapa saja, minum kopi
juga
sangat nikmat sehingga disukai oleh banyak kalangan baik dari segi umur,
strata
sosial, karena mengikuti perubahan bahkan sudah menjadi gaya hidup.
Kedua
kopi tersebut mempunyai cita rasa yang berbeda serta mempunyai
keunggulan
yang berbeda pula. Kopi tubruk merupakan kopi tradisional yang
umumnya
lebih keras karena bubuk kopi murni yang langsung diseduh dengan air
mendidih,
teksturnya lebih kasar, lebih banyak mengandung ampas, aroma kopi
yang
lebih menyengat, mempunyai efek samping yang lebih tinggi serta tingkat
kekentalan
yang bisa disesuaikan dengan lidah penikmatnya. Sedangkan kopi
instan
merupakan kopi yang sudah siap saji serta sudah mengandung takaran
tertentu.
Kopi instan mempunyai aroma yang harum, tidak banyak mengandung
ampas
serta memiliki berbagai varian rasa (Dewi, 2012).
Kecamatan Pejagoan adalah kecamatan yang budaya masyarakatnya
cenderung
sudah mengalami pergeseran dari budaya pedesaan ke arah budaya
perkotaan.
Masyarakat kota cenderung menginginkan produk cepat saji dan
instan.
Kopi tubruk adalah minuman kopi yang dinilai kurang praktis terutama
dari
cara penyajian karena harus menambahkan gula jika akan menyeduh. Kopi tubruk menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah minuman
kopi yang dibuat dengan cara memasukkan kopi dan gula ke dalam gelas lalu
dituang air panas. Kopi instan yang akan diteliti adalah Kapal Api Mocha dan ABC Mocca yaitu
kopi dengan campuran gula, susu dan coklat dimana varian tersebut merupakan
varian rasa baru yang berbeda dengan kopi instan yang lain. Sedangkan kopi
tubruk yang akan diteliti adalah kopi tubruk Kapal Api dan kopi tubruk merek
Djempol. Kopi Djempol merupakan kopi yang diproduksi di Kabupaten Kebumen yaitu
di Kecamatan Kebumen dan sudah lama dikenal oleh masyarakat Kebumen. Konsumen
kopi tubruk yang mulai berkurang serta banyaknya konsumen yang memilih kopi
instan mendorong peneliti untuk mengetahui perilaku konsumen kopi di Kecamatan Pejagoan.
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk
meneliti masalah yang terjadi pada
masa sekarang dan aktual, maka dalam penelitian ini menggunakan
metode
deskriptif analisis. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan
mula-mula
disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis (Surachmad, 1990).
B. Metode Analisis
1. Fiesbein’s Attitude Model atau Analisis Indek Sikap
Merupakan model analisis yang digunakan
untuk mengetahui
bagaimana sikap konsumen terhadap kopi tubruk dan kopi instan.
Model ini digambarkan sebagai berikut (Sumarwan, 2004):
n
Ao = Σ bi ei
i = 1
Keterangan :
Ao = Keseluruhan sikap terhadap suatu objek.
bi = Kepercayaan seseorang terhadap atribut (i) yang ada pada
suatu objek.
ei = Penilaian (evaluasi) seseorang terhadap atribut (i) yang ada
pada suatu obyek.
n = Jumlah atribut yang dimiliki objek
Data
tentang kepercayaan dan keyakinan diukur dengan skala likert yaitu +3, +2, +1,
0, -1, -2, -3.
Kopi
tubruk yang diteliti adalah kopi Kapal Api dan Kopi Djempol.
Kopi
instan yang diteliti adalah Kapal Api Mocha dan ABC Mocca.
2.
Chi Square Test
Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah ada
hubungan
antara
sikap konsumen dengan karakteristiknya.
Rumus
yang dipakai (Samsubar, 1986) :

X2
=
e
i j
Keterangan
:
X2
=
Nilai Chi Square
o
i j = Frekuensi hasil observasi pada baris ke i dan kolom ke j.
e
i j = Nilai harapan eksperimen yang dilakukan pada baris ke i
dan kolom ke j
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Sikap dan Keputusan Konsumen dalam Mengkonsumsi Kopi Tubruk
dan
Kopi Instan
1.
Analisis Multiatribut Fishbein
Analisis
Sikap Konsumen kopi tubruk dan kopi instan
menggunakan
model Multiatribut Fishbein (Ao).
Tabel
1
Skor
Sikap (Ao) Terhadap Kopi Tubruk (n=30)
|
No
|
Atribut
|
Skor Evaluasi Kepentingan (ei)
|
Skor Kepercayaan (bi)
|
|
Kopi Tubruk
|
|
Kapal Api
|
Djempol
|
|
bi
|
bi.ei
|
bi
|
bi.ei
|
|
1
|
Aroma
|
2,10
|
2,03
|
4,26
|
0,37
|
0,78
|
|
2
|
Rasa
|
2,70
|
1,57
|
4,24
|
0,06
|
0,16
|
|
3
|
Harga
|
1,23
|
1,53
|
1,88
|
0,87
|
1,07
|
|
4
|
Kemasan
|
1,90
|
1,70
|
3,23
|
1,00
|
1,90
|
|
5
|
Warna
|
1,76
|
1,90
|
3,34
|
1,03
|
1,81
|
|
6
|
Merek
|
1,33
|
1,63
|
2,17
|
0,93
|
1,24
|
|
Total (ei.bi)
|
|
19,12
|
|
6,96
|
Sumber: Analisis Data Primer
(2012)
Perhitungan
skor sikap terhadap kopi tubruk pada Tabel 1 menunjukkan bahwa kopi tubruk
Kapal Api memiliki skor sikap lebih tinggi dibandingkan kopi tubruk Djempol
yaitu sebesar 19,12. Hal ini berarti secara keseluruhan kopi tubruk Kapal Api
lebih disukai oleh responden di Kecamatan Pejagoan. Dilihat dari enam atribut
yang memiliki skor kepercayaan tertinggi, maka kopi tubruk Kapal Api
memiliki
keunggulan pada atribut aroma, rasa dan warna sedangkan pada
kopi
tubruk Djempol memiliki keunggulan pada atribut kemasan, warna dan merek.
Tabel
2.
Skor
Sikap (Ao) Terhadap Kopi Instan (n=30)
|
No
|
Atribut
|
Skor Evaluasi Kepentingan
(ei)
|
Skor Kepercayaan (bi)
|
|
Kopi Tubruk
|
|
K.A Mocha
|
ABC Mocca
|
|
bi
|
bi.ei
|
bi
|
bi.ei
|
|
1
|
Aroma
|
2,20
|
1,67
|
3,67
|
2,83
|
6,23
|
|
2
|
Rasa
|
2,67
|
1,63
|
4,35
|
3,10
|
8,28
|
|
3
|
Harga
|
1,53
|
1,27
|
1,94
|
1,27
|
1,94
|
|
4
|
Kemasan
|
2,00
|
1,43
|
2,86
|
1,43
|
2,86
|
|
5
|
Warna
|
1,57
|
1,23
|
1,93
|
1,33
|
2,09
|
|
6
|
Merek
|
1,80
|
1,27
|
2,28
|
1,30
|
2,34
|
|
Total (ei.bi)
|
|
17,03
|
|
23,74
|
Sumber: Analisis Data Primer (2012)
Hasil perhitungan skor sikap pada Tabel 2
menunjukkan bahwa responden di Kecamatan Pejagoan lebih menyukai kopi instan
ABC Mocca dengan skor 23,74 dibanding Kapal Api Mocha dengan skor 17,03Dilihat
dari enam atribut, maka kopi instan ABC Mocca memiliki keunggulan pada rasa,
aroma dan kemasan sedangkan kopi instan Kapal Api Mocha memiliki keunggulan
pada
atribut
rasa, aroma dan kemasan.
B.
Hubungan Karakteristik Responden dengan Konsumsi Kopi tubruk
dan
Kopi Instan
Tabel
3.
Hubungan
Karakteristik Responden dengan Konsumsi
Kopi
Tubruk dan Kopi Instan
|
No
|
Karakteristik
Responden
|
Koefisien
Korelasi Chi Square (X2)
Konsumsi Kopi
Tubruk dan Kopi Instan
|
|
X2
|
df
|
Signifikan
|
|
1
|
Umur
|
2,143
|
1
|
0,143
|
|
2
|
Tingkat
Pendapatan
|
0,144
|
1
|
0,705
|
|
3
|
Tingkat
Pendidikan
|
0,136
|
1
|
0,713
|
|
4
|
Pekerjaan
|
0,136
|
1
|
0,713
|
|
5
|
Tempat Tinggal
|
6,533
|
1
|
0,011*
|
Sumber
: Analisis Data Primer (2012)
Keterangan
: X2
tabel
= 3,841
α = 0,05
1.
Umur
Hasil analisis Chi square pada Tabel 3 menunjukkan
nilai X2
=
2,143
dan lebih kecil dari 3,841 (X2 hitung < X2
tabel),
maka hipotesis
yang
menyatakan ada hubungan antara umur dengan konsumsi kopi
tubruk
dan kopi instan ditolak yang berarti Ho diterima. Umur responden
di
Kecamatan Pejagoan tidak mempunyai hubungan dengan konsumsi
kopi
tubruk dan kopi instan dikarenakan responden yang mengkonsumsi
kopi
tubruk dan kopi instan di Kecamatan Pejagoan berasal dari berbagai
umur
baik yang muda ataupun tua.
2.
Tingkat Pendapatan
Hasil analisis pada Tabel 3, nilai X2
=
0,144 dan lebih kecil dari
3,841
(X2
hitung
< X2
tabel),
maka hipotesis yang menyatakan ada
hubungan
antara tingkat pendapatan dengan konsumsi kopi tubruk dan
kopi
instan ditolak yang berarti Ho diterima. Hal ini dikarenakan
responden
yang mengkonsumsi kopi baik tubruk maupun instan di
Kecamatan
Pejagoan tidak hanya yang berpendapatan tinggi atau pun rendah dan harga kopi
juga sangat terjangkau sehingga semua responden
mampu
membeli walaupun harganya naik.
3.
Tingkat Pendidikan
Hasil analisis pada Tabel 3, nilai X2
=
0,136 dan lebih kecil dari
3,841
(X2
hitung
< X2
tabel),
maka hipotesis yang menyatakan ada
hubungan
antara tingkat pendidikan dengan konsumsi kopi tubruk dan
kopi
instan ditolak yang berarti Ho diterima. Responden kopi di
Kecamatan
Pejagoan berasal dari berbagai tingkat, baik umur,
pendapatan,
pekerjaan ataupun tingkat pendidikan. Responden yang
mengkonsumsi
kopi di Kecamatan Pejagoan terdiri dari tingkat SMP dan
SMA,
hal itu menunjukkan bahwa konsumsi kopi tidak terikat pada
pendidikan
tertentu karena kopi bisa dinikmati oleh semua kalangan baik
pendidikan
rendah maupun tinggi.
4.
Pekerjaan
Hasil analisis pada Tabel 3, nilai X2
=
0,136 dan lebih kecil dari
3,841
(X2
<
X2
tabel),
maka hipotesis yang menyatakan ada hubungan
antara
pekerjaan dengan konsumsi kopi tubruk dan kopi instan ditolak
yang
berarti Ho diterima. Hal ini dikarenakan responden yang
mengkonsumsi
kopi di Kecamatan Pejagoan memiliki pekerjaan yang
berbeda-beda
baik wiraswasta ataupun yang hanya bekerja sebagai
buruh.
5.
Tempat Tinggal
Hasil analisis pada Tabel 3, nilai X2
=
6,533 dan lebih besar dari
3,841
(X2
hitung
> X2
tabel),
maka hipotesis yang menyatakan ada
hubungan
antara tempat tinggal dengan konsumsi kopi tubruk dan kopi
instan
diterima yang berarti Ho ditolak. Perbedaan tempat tinggal di
Kecamatan
Pejagoan menyebabkan perbedaan pola pikir yaitu antara
responden
yang tinggal di kota ataupun yang tinggal di desa. Responden
yang
tinggal di kota tidak mudah terpengaruh oleh masukan-masukan
dari
luar karena penduduk kota memiliki tingkat pendidikan yang lebih
tinggi,
lebih berpikir kritis sehingga mereka akan berpikir terlebih dahulu mengenai
dampak positif ataupun negatif jika ada masukan-masukan dari
luar.
PENUTUP
A.
Simpulan
1.
Karakteristik umum responden kopi tubruk dan kopi instan di Kecamatan
Pejagoan
digambarkan melalui beberapa sebaran. Menurut sebaran umur,
sebagian
besar responden kopi tubruk dan kopi instan berumur 24 – 55
tahun.
Menurut sebaran jenis kelamin 100% responden berjenis kelamin
laki-laki.
Menurut sebaran tingkat pendapatan, pendapatan responden
antara
Rp 260.000 – Rp 2.500.000 dengan tingkat pendidikan SMP
sebesar
56,67% dan SMA sebesar 43,33% yang bekerja sebagai buruh
dan
wiraswasta.
2.
Pembelian kopi tubruk dan kopi instan oleh responden dilakukan terlebih
dahulu
melalui tahap-tahap dalam proses keputusan pembelian, yaitu
pengenalan
kebutuhan, proses pembelian dan pasca pembelian. Tahap
pengenalan
kebutuhan sebanyak 30,12% responden termotivasi oleh
kebiasaan.
Sebanyak 25,30% karena jaminan kepuasan dan sebanyak
13,25%
karena harga terjangkau. Sebagian besar responden
mengkonsumsi
kopi ≥ 5 tahun yaitu sebanyak
60%. Tahap proses
pembelian,
sebanyak 86,67% responden melakukan pembelian kopi di
warung-warung
yang mudah dijumpai dan faktor yang mempengaruhi
responden
mengkonsumi kopi sebagian besar adalah diri sendiri yaitu
sebanyak
90%. Sedangkan proses keputusan konsumsi kopi oleh
responden
yaitu tergantung kebutuhan sebanyak 83,33%. Tahap pasca
pembelian,
sebanyak 30% responden merasa puas setelah mengkonsumsi
kopi
yang telah dibeli, sebanyak 96,67% tetap melakukan pembelian
meskipun
harga kopi mengalami kenaikan dan sebanyak 96,67%
responden
menganggap bahwa harga kopi tidak mahal.
3.
Hasil analisis sikap konsumen terhadap kopi tubruk dan kopi instan
menunjukkan
bahwa atribut yang sangat penting adalah rasa, aroma,
warna
dan kemasan. Atribut yang kurang penting adalah harga dan merek. Nilai sikap (Ao)
yang diperoleh kopi tubruk Kapal Api lebih
tinggi
dibanding kopi tubruk Djempol yaitu 19,12. Hal ini berarti kopi
tubruk
Kapal Api lebih disukai oleh responden secara positif. Nilai sikap
(Ao)
kopi instan ABC Mocca lebih tinggi dibanding kopi instan Kapal
Api
Mocha yaitu 23,74. Ini berarti kopi instan ABC Mocca lebih disukai
responden
secara positif.
4.
Hasil uji Chi Square (X2) menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan antara
umur,
tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan pekerjaan dengan
konsumsi
kopi tubruk dan kopi instan. Tempat tinggal mempunyai
hubungan
dengan konsumsi kopi tubruk dan kopi instan karena
perbedaan
pola pikir antara responden yang tinggal di kota dengan di
desa
serta perbedaan selera dalam mengkonsumsi kopi.
SARAN
1.
Produsen kopi tubruk maupun instan sebaiknya memperhatikan dan
meningkatkan
kualitas rasa karena menurut konsumen, atribut rasa
merupakan
atribut yang paling penting.
2.
Produsen kopi tubruk maupun instan sebaiknya menjaga kualitas produk
agar
responden tidak beralih pada merek lain.
3.
Produsen kopi perlu melakukan riset pasar yang menyeluruh untuk
mengetahui
pangsa pasar baik kopi tubruk maupun kopi instan.
4.
Produsen kopi tubruk Djempol sebaiknya lebih memperhatikan dan
meningkatkan
kualitas yaitu dari segi rasa dan aroma.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2008. Teknologi Budidaya Kopi Poliklonal. Jakarta: Balai Besar
Pengkajian
dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
Arikunto,
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta:
PT. Rineka Cipta.