Selasa, 01 Juli 2014

Politik dan Strategi Nasional



Implementasi di bidang pertahanan dan keamanan.
Sedikitnya 453 orang Calon Perwira Remaja (Capaja) lulusan Akmil, AAL dan AAU diberikan pembekalan di Gedung Graha Sabang Merauke (GSM) Akademi Angkatan Udara, Yogyakarta, Minggu, 22 Juni. Capaja TNI diambil sumpah dan dilantik menjadi Perwira TNI pada 26 Juni kemarin. Salah satu inti pembekalan di akhir pendidikan Capaja TNI sebelum Praspa  mengandung makna dan nilai yang sangat penting, sebagai modal dalam mengawali karier sebagai Perwira Remaja TNI, dengan harapan para perwira remaja dapat memperoleh bekal yang berharga dalam mengawali pengabdian kepada bangsa dan negara melalui TNI.
Selama empat tahun Capaja mengikuti pendidikan di akademi, senantiasa bersama dalam suka dan duka, dalam belajar dan berlatih, dengan perangkat kendali pendidikan yang telah diprogramkan sesuai dengan tuntutan akademi masing-masing. Hal tersebut merupakan basis dari pembentukan dan penguatan  integrasi spiritual, sebagai calon Perwira TNI dan sebagai kader pimpinan TNI di masa depan.
Sejak awal pendidikan mulai dari Menchandra Akademi TNI, Capaja sudah dididik bersama secara integratif, diantaranya kegiatan Bhineka Eka Bhakti, Latihan Integrasi Taruna Wreda (Latsitarda), Pekan Integrasi dan Kejuangan Taruna serta kegiatan integratif lainnya.
Perkembangan globalisasi dunia saat ini sangat dinamis, termasuk didalam  teknis strategi perang. Perang modern kedepan sarat dengan upaya adu domba dan provokasi. Paradigma perang modern  adalah  perang kecanggihan otak, kecanggihan sistim, kecanggihan peralatan tempur dan juga  kecanggihan logistik, bukan lagi hanya perang secara konvensional atau tradisional. Karena itu, menurut Gubernur AKMIL, para Capaja harus mempersiapkan diri secara maksimal  agar mampu memahami dan berperan serta mengantisipasi segala efek yang mungkin diakibatkannya.
Pengetahuan dan  kemampuan  yang  diperoleh selama mengikuti pendidikan  di Akademi TNI, tentunya masih sangat jauh dari cukup apalagi sempurna. Oleh karenanya, tidak ada kata cukup untuk ilmu pengetahuan dan wawasan, jangan pernah berhenti dalam menggali dan menimba ilmu.Kepala Pusat Pembinaan Mental (Kapusbintal) TNI Laksma TNI Asep Saepudin, menyampaikan bahwa berdasarkan perhitungan masa kerja menjadi prajurit TNI bagi perwira mencapai usia 58 tahun, maka para Perwira Remaja yang saat ini berusia 22 tahun, nanti akan menjalani pengabdian kepada negara dan bangsa Indonesia selama kurun waktu sekitar 36 tahun.
Sebuah pengabdian yang sangat panjang yang tentu saja akan menghadapi berbagai suka dukanya pengabdian menjadi TNI, menghadapi tantangan tugas yang tidak ringan serta menghadapi godaan-godaan yang sangat banyak, oleh karena itu perlu kesiapan mental yang tangguh, postur tubuh atau fisik yang stabil dan ideal serta intelektual yang cerdas, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi masa kini dan masa yang akan datang.
Untuk memelihara kesiapan mental dalam menjalani pengabdian agar selamat dan berhasil dengan sukses mencapai puncak karier, memerlukan bekal pengabdian kepada negara dan bangsa yakni memelihara dan mempertahankan Jati Diri TNI, sebagai Tentara Rakyat, yaitu tentara yang berasal dari warga Negara Indonesia, mengikuti seleksi ketat dan pendidikan ketentaraan.  Sebagai Tentara Pejuang, yaitu tentara yang berjuang menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tidak mengenal menyerah dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.
Sebagai Tentara Pejuang, akan mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kelompok, akan mendahulukan kewajiban dari pada menuntut hak. Tentara Nasional, yaitu tentara kebangsaan Indonesia yang bertugas demi kepentingan negara di atas kepentingan daerah, suku, ras dan golongan agama.   Sebagai Tentara Nasional Indonesia harus siap sedia ditempatkan dimana saja di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.   Sebagai Tentara Nasional Indonesia harus mengutamakan persatuan dan kesatuan serta soliditas dalam menjalankan tugasnya.
Sebagai Tentara Profesional, yaitu tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis dan dijamin kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik Negara yang menganut prinsip demokrasi, supremasi sipil, hak asasi manusia, ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi. Agar kita menjadi Tentara Profesional, maka harus terus menambah pengetahuan dengan membaca buku atau pengalaman para senior yang berhasil dalam penugasannya, terus berlatih agar memiliki keterampilan yang mumpuni, serta bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas yang dipercayakan kepada kita.   Ciri-ciri Tentara Profesional antara lain memiliki pengetahuan yang luas (knowledge), keterampilan (skill), pengalaman (experience) dan tanggungjawab (responsibility), kreatif dan inovatif serta peka terhadap perkembangan lingkungan.

Generasi penerus TNI ke depan harus dapat menerapkan nilai-nilai kejuangan bangsa dalam setiap penugasannya khususnya dalam mempertahankan dan mengisi kemerdakaan. Adapun “nilai-nilai juang dari para seniornya (‘Veteran-Pejuang’), seperti keberanian, rela berkorban, ulet serta tangguh, tanpa pamrih, percaya kekuatan sendiri dan  cinta tanah air. Nilai-nilai kejuangan ini menjadi pendorong semangat tempur dalam menghadapi musuh negara, perlu diwarisi oleh generasi penerus bangsa saat ini (untuk menghadapi permasalahan bangsa kedepan).
1.    Menata Tentara Nasional Indonesia sesuai paradigma baru secara konsisten melalui reposisi, redefinisi, dan reaktualisasi peran Tentara Nasional Indonesia sebagai alat negara untuk melindungi, memelihara dan mempertahankan keutuhan Negara KesatuanRepublik Indonesia terhadap ancaman dari luar dan dalam negeri, dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan memberikan darma baktinya dalam membantu menyelenggarakan pembangunan.
2.    Mengembangkan kemampuan sistem pertahanan keamanan rakyat semesta yang bertumpu pada kekuatan rakyat dengan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian NegaraRepuiblik Indonesia sebagai kekuatan utama didukung komponen lainnya dari kekuatan pertahanan dan keamanan negara dengan meningkatkan kesadaran bela negara melalui wajib latih dan membangun kondisi juang, serta mewujudkan kebersamaan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia dan rakyat.
Meningkatkan kualitas keprofesionalan Tentara Nasional Indonesia, meningkatkan rasio kekuatan komponen utama serta mengembangkan kekuatan pertahanan keamanan negara ke wilayah yang di dukung dengan sarana, prasarana, dan anggaran yang memadai. Faktanya, Indonesia sudah membangun industri pertahanan sejak lama. Dalam 10 tahun terakhir menunjukkan geliat yang menggembirakan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono – yang berlatar militer – sangat serius membangun dan memperbaiki kekuatan peralatan TNI sebagai alat pertahanan negara. Pada tahun 2004, ketika naik menjadi presiden, SBY sudah memberikan arahan khusus kepada kementrian pertahanan untuk revitalisasi industri pertahanan.  Dari situlah kemudian lahir Undang-undang Nomor 16 tahun 2012 tentang Industri Pertahanan Negara. Sejak saat itulah, Kementrian Pertahanan membangkit semua sumber daya untuk pembangunan industri pertahanan. Pemerintah juga mencanangkan semua peralatan diperbaharui dengan anggaran yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Total anggaran TNI pada tahun 2014 mencapai lebih dari Rp 80 triliun. Melonjak berkali-kali lipat dibanding pada 2004 lalu. Dengan anggaran sebesar itu, TNI mampu memodernisasi kekuatan alutsistanya.Selain itu, pemerintah juga peduli dengan industri pertahanan lokal. Dengan anggaran sebesar itu, TNI (pemerintah) akan mampu menghidupkan sejumlah industri pertahanan. Perusahaan-perusahaan alat pertahanan (baik BUMN maupun swasta) dapat menjadi suplier buat TNI,dan TNI menjadi pelanggan pertama serta yang utama. Hal ini sudah terjadi di beberapa BUMN pembuat peralatan militer.  Dengan terbangunnya industri itu, maka dengan sendirinya  industri tersebut dapat berkembang, sehingga produknya pun bisa diminati oleh pasar mancanegara. Tahun ini, secara membanggakan sekitar 15 perusahaan asal Indonesia ikut serta dalam pameran produk militer di Malaysia, bulan April lalu. Dalam pameran tersebut, perusahaan asal Indonesia membuktikan diri bukan sekadar anak bawang, namun juga sebagai salah satu tempat penyuplai peralatan militer yang handal. Ke-15 perusahaan itu antara lain adalah:
1. PT. Dirgantara Indonesia, yang memproduksi sejumlah pesawat militer. Salah satu tipenya dibeli oleh angkatan bersenjata Korea Selatan, Malaysia, Thailand, Vietnam dan Filipina.
2. PT. Pindad, produsen senjata, beberapa jenis senjata serbu militer produksi Pindad dipakai oleh sejumlah negara di Asia dan Afrika.
3. PT. Dahana, memproduksi bahan amunisi militer.
4. PT. LEN Industri, produsen peralatan elektronika pertahanan maritime, salah satu produknya adalah Combat Management System.
5. PT. Dok Kodja Bahari, perusahaan perkapalan produsen kapal militer spt kapal angkut tank.
6. Ke-5 perusahaaan itu adalah BUMN, sisanya 10 perusahaan swasta.

ERA KEBANGKITAN
Sebelumnya, PT PAL berhasil membuat kapal perang untuk TNI AL (KRI) dengan spesifikasi yang canggih dan tidak kalah dibanding kapal perang buatan luar negeri. PT PAL sudah memproduksi lebih dari 10 kapal perang yang digunakan oleh TNI Angkatan Laut, antara lain KRI Banjarmasin, KRI Clurit, KRI Tongkol, KRI Krait dan KRI Tarihu. Bahkan PT PAL juga mampu memproduksi kapal jenis hovercraft. Saat ini, PT PAL sedang membuat kapal selam.
Anoa adalah salah satu peralatan militer buatan local Indonesia, yaitu produksi dari PT. Pindad. Perusahaan yang sudah cukup tua ini, mampu memproduksi banyak varian tank. Plus sejumlah kendaraan militer lainnya seperti kendaraan taktis non tank.  PT DIrgantara Indonesia pun sudah memproduksi banyak sekali pesawat militer dan digunakan oleh TNI Angkatan Udara mulai dari helicopter sampai pesawat tempur.


Sumber         :
http://hankam.kompasiana.com/2014/06/26/2004-dimulainya-geliat-industri-pertahanan-indonesia-664591.html

0 komentar:

Posting Komentar

Design by BlogSpotDesign | Ngetik Dot Com