Implementasi
di bidang pertahanan dan keamanan.
Sedikitnya 453 orang Calon Perwira Remaja (Capaja) lulusan Akmil, AAL
dan AAU diberikan pembekalan di Gedung Graha Sabang Merauke (GSM) Akademi
Angkatan Udara, Yogyakarta, Minggu, 22 Juni. Capaja TNI diambil sumpah dan dilantik menjadi Perwira
TNI pada 26 Juni kemarin. Salah satu inti pembekalan di akhir pendidikan Capaja
TNI sebelum Praspa mengandung makna dan nilai yang sangat penting,
sebagai modal dalam mengawali karier sebagai Perwira Remaja TNI, dengan harapan
para perwira remaja dapat memperoleh bekal yang berharga dalam mengawali
pengabdian kepada bangsa dan negara melalui TNI.
Selama empat tahun Capaja mengikuti pendidikan di
akademi, senantiasa bersama dalam suka dan duka, dalam belajar dan berlatih,
dengan perangkat kendali pendidikan yang telah diprogramkan sesuai dengan
tuntutan akademi masing-masing. Hal tersebut merupakan basis dari pembentukan
dan penguatan integrasi spiritual, sebagai calon Perwira TNI dan sebagai
kader pimpinan TNI di masa depan.
Sejak awal pendidikan mulai dari Menchandra Akademi
TNI, Capaja sudah dididik bersama secara integratif, diantaranya kegiatan
Bhineka Eka Bhakti, Latihan Integrasi Taruna Wreda (Latsitarda), Pekan
Integrasi dan Kejuangan Taruna serta kegiatan integratif lainnya.
Perkembangan globalisasi dunia saat ini sangat
dinamis, termasuk didalam teknis strategi perang. Perang modern kedepan
sarat dengan upaya adu domba dan provokasi. Paradigma perang modern
adalah perang kecanggihan otak, kecanggihan sistim, kecanggihan peralatan
tempur dan juga kecanggihan logistik, bukan lagi hanya perang secara
konvensional atau tradisional. Karena itu, menurut Gubernur AKMIL, para Capaja
harus mempersiapkan diri secara maksimal agar mampu memahami dan berperan
serta mengantisipasi segala efek yang mungkin diakibatkannya.
Pengetahuan dan kemampuan yang
diperoleh selama mengikuti pendidikan di Akademi TNI, tentunya masih
sangat jauh dari cukup apalagi sempurna. Oleh karenanya, tidak ada kata
cukup untuk ilmu pengetahuan dan wawasan, jangan pernah berhenti dalam menggali
dan menimba ilmu.Kepala Pusat Pembinaan Mental (Kapusbintal) TNI Laksma TNI Asep Saepudin,
menyampaikan bahwa berdasarkan
perhitungan masa kerja menjadi prajurit TNI bagi perwira mencapai usia 58
tahun, maka para Perwira Remaja yang saat ini berusia 22 tahun, nanti akan
menjalani pengabdian kepada negara dan bangsa Indonesia selama kurun waktu sekitar
36 tahun.
Sebuah pengabdian yang sangat panjang yang tentu saja
akan menghadapi berbagai suka dukanya pengabdian menjadi TNI, menghadapi tantangan
tugas yang tidak ringan serta menghadapi godaan-godaan yang sangat banyak, oleh
karena itu perlu kesiapan mental yang tangguh, postur tubuh atau fisik yang
stabil dan ideal serta intelektual yang cerdas, sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi masa kini dan masa yang akan datang.
Untuk memelihara kesiapan mental dalam menjalani
pengabdian agar selamat dan berhasil dengan sukses mencapai puncak karier,
memerlukan bekal pengabdian kepada negara dan bangsa yakni memelihara dan mempertahankan Jati Diri TNI,
sebagai Tentara Rakyat, yaitu
tentara yang berasal dari warga Negara Indonesia, mengikuti seleksi ketat dan
pendidikan ketentaraan. Sebagai Tentara
Pejuang, yaitu tentara yang berjuang menegakkan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan tidak mengenal menyerah dalam melaksanakan dan menyelesaikan
tugasnya.
Sebagai Tentara Pejuang, akan mendahulukan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kelompok, akan mendahulukan
kewajiban dari pada menuntut hak. Tentara
Nasional, yaitu tentara kebangsaan Indonesia yang bertugas demi
kepentingan negara di atas kepentingan daerah, suku, ras dan golongan
agama. Sebagai Tentara Nasional Indonesia harus siap sedia
ditempatkan dimana saja di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagai Tentara Nasional Indonesia harus mengutamakan persatuan dan kesatuan
serta soliditas dalam menjalankan tugasnya.
Sebagai Tentara
Profesional, yaitu tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara
baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis dan dijamin kesejahteraannya,
serta mengikuti kebijakan politik Negara yang menganut prinsip demokrasi,
supremasi sipil, hak asasi manusia, ketentuan hukum nasional dan hukum
internasional yang telah diratifikasi. Agar kita menjadi Tentara Profesional,
maka harus terus menambah pengetahuan dengan membaca buku atau pengalaman para
senior yang berhasil dalam penugasannya, terus berlatih agar memiliki
keterampilan yang mumpuni, serta bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas yang
dipercayakan kepada kita. Ciri-ciri Tentara Profesional antara lain
memiliki pengetahuan yang luas (knowledge), keterampilan (skill),
pengalaman (experience) dan tanggungjawab (responsibility),
kreatif dan inovatif serta peka terhadap perkembangan lingkungan.
Generasi penerus TNI ke depan harus dapat
menerapkan nilai-nilai kejuangan bangsa dalam setiap penugasannya khususnya
dalam mempertahankan dan mengisi kemerdakaan. Adapun “nilai-nilai juang” dari para seniornya
(‘Veteran-Pejuang’), seperti keberanian, rela berkorban, ulet serta
tangguh, tanpa pamrih, percaya kekuatan sendiri dan cinta tanah air.
Nilai-nilai kejuangan ini menjadi pendorong semangat tempur dalam menghadapi
musuh negara, perlu diwarisi oleh generasi penerus bangsa saat ini (untuk
menghadapi permasalahan bangsa kedepan).
1. Menata Tentara Nasional Indonesia sesuai
paradigma baru secara konsisten melalui reposisi, redefinisi, dan reaktualisasi
peran Tentara Nasional Indonesia sebagai alat negara untuk melindungi,
memelihara dan mempertahankan keutuhan Negara KesatuanRepublik Indonesia
terhadap ancaman dari luar dan dalam negeri, dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia dan memberikan darma baktinya dalam membantu menyelenggarakan
pembangunan.
2. Mengembangkan kemampuan sistem pertahanan keamanan
rakyat semesta yang bertumpu pada kekuatan rakyat dengan Tentara Nasional
Indonesia, Kepolisian NegaraRepuiblik Indonesia sebagai kekuatan utama didukung
komponen lainnya dari kekuatan pertahanan dan keamanan negara dengan
meningkatkan kesadaran bela negara melalui wajib latih dan membangun kondisi
juang, serta mewujudkan kebersamaan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian
Negara Republik Indonesia dan rakyat.
Meningkatkan kualitas
keprofesionalan Tentara Nasional Indonesia, meningkatkan rasio kekuatan
komponen utama serta mengembangkan kekuatan pertahanan keamanan negara ke
wilayah yang di dukung dengan sarana, prasarana, dan anggaran yang memadai. Faktanya, Indonesia sudah membangun
industri pertahanan sejak lama. Dalam 10 tahun terakhir menunjukkan geliat yang
menggembirakan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono – yang berlatar militer –
sangat serius membangun dan memperbaiki kekuatan peralatan TNI sebagai alat
pertahanan negara. Pada tahun 2004, ketika naik
menjadi presiden, SBY sudah memberikan arahan khusus kepada kementrian
pertahanan untuk revitalisasi industri pertahanan. Dari situlah kemudian
lahir Undang-undang
Nomor 16 tahun 2012 tentang Industri Pertahanan Negara. Sejak saat itulah, Kementrian
Pertahanan membangkit semua sumber daya untuk pembangunan industri pertahanan. Pemerintah juga mencanangkan semua peralatan
diperbaharui dengan anggaran yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Total
anggaran TNI pada tahun 2014 mencapai lebih dari Rp 80 triliun. Melonjak
berkali-kali lipat dibanding pada 2004 lalu. Dengan anggaran sebesar itu, TNI
mampu memodernisasi kekuatan alutsistanya.Selain itu, pemerintah juga peduli
dengan industri pertahanan lokal. Dengan anggaran sebesar itu, TNI (pemerintah)
akan mampu menghidupkan sejumlah industri pertahanan. Perusahaan-perusahaan
alat pertahanan (baik BUMN maupun swasta) dapat menjadi suplier buat TNI,dan
TNI menjadi pelanggan pertama serta yang utama. Hal ini sudah terjadi di
beberapa BUMN pembuat peralatan militer. Dengan terbangunnya industri
itu, maka dengan sendirinya industri tersebut dapat berkembang, sehingga
produknya pun bisa diminati oleh pasar mancanegara. Tahun ini, secara membanggakan
sekitar 15 perusahaan asal Indonesia ikut serta dalam pameran produk militer di
Malaysia, bulan April lalu. Dalam pameran tersebut, perusahaan asal Indonesia
membuktikan diri bukan sekadar anak bawang, namun juga sebagai salah satu
tempat penyuplai peralatan militer yang handal. Ke-15 perusahaan itu antara
lain adalah:
1. PT.
Dirgantara Indonesia, yang memproduksi sejumlah pesawat militer. Salah satu
tipenya dibeli oleh angkatan bersenjata Korea Selatan, Malaysia, Thailand,
Vietnam dan Filipina.
2. PT.
Pindad, produsen senjata, beberapa jenis senjata serbu militer produksi Pindad
dipakai oleh sejumlah negara di Asia dan Afrika.
3. PT.
Dahana, memproduksi bahan amunisi militer.
4. PT. LEN
Industri, produsen peralatan elektronika pertahanan maritime, salah satu produknya
adalah Combat Management System.
5. PT. Dok
Kodja Bahari, perusahaan perkapalan
produsen kapal militer spt kapal angkut tank.
6. Ke-5
perusahaaan itu adalah BUMN, sisanya 10 perusahaan swasta.
ERA KEBANGKITAN
Sebelumnya, PT PAL berhasil membuat kapal perang untuk TNI AL (KRI) dengan
spesifikasi yang canggih dan tidak kalah dibanding kapal perang buatan luar
negeri. PT PAL sudah memproduksi lebih dari 10 kapal perang yang digunakan oleh
TNI Angkatan Laut, antara lain KRI Banjarmasin, KRI Clurit, KRI Tongkol, KRI
Krait dan KRI Tarihu. Bahkan PT PAL juga mampu memproduksi kapal jenis
hovercraft. Saat ini, PT PAL sedang membuat kapal selam.
Anoa adalah salah satu peralatan militer buatan local Indonesia, yaitu
produksi dari PT. Pindad. Perusahaan yang sudah cukup tua ini, mampu
memproduksi banyak varian tank. Plus sejumlah kendaraan militer lainnya seperti
kendaraan taktis non tank. PT DIrgantara Indonesia pun sudah memproduksi
banyak sekali pesawat militer dan digunakan oleh TNI Angkatan Udara mulai dari
helicopter sampai pesawat tempur.
Sumber :
http://hankam.kompasiana.com/2014/06/26/2004-dimulainya-geliat-industri-pertahanan-indonesia-664591.html

0 komentar:
Posting Komentar